Langsung ke konten utama

Entrepreneur : Born or Created ?


Seorang entrepreneur itu dilahirkan atau bisa dibentuk atau diciptakan?

    Entrepreneur memainkan peran penting  dalam ekonomi. Mereka adalah orang-orang yang memiliki keterampilan dan inisiatif yang diperlukan untuk mengantisipasi kebutuhan saat ini dan masa depan. Kemudian juga membawa ide-ide baru yang bagus ke pasar. Bicara mengenai entrepreneur tidak melulu soal teori tetapi yang sangat penting adalah sebuah praktek. Mindset seorang entrepreneur harus ditanamkan sejak awal. Dimana seorang entrepreneur jangan pernah berpikir secara instan, siap berani untuk gagal, kreatif dan inovatif. Menjadi entrepreneur  tidak ditentukan oleh umur, latar belakang Pendidikan, kekayaan, atau kepopuleran. Langkah awal menjadi pengusaha bisa dengan mengevaluasi diri seperti alasan mengapa ingin memulai bisnis? Keterampilan apa yang dimiliki? Bidang bisnis apa yang ingin anda mulai?. Dan juga membangun skill misalnya seperti dalam memahami target pasar, memahami kebutuhan pasar, mampu membaca peluang. Dengan terus menambawah wawasan, mengamati dan observasi, menciptakan ide-ide baru dan lain sebagainya bisa dapat membatu/membuat/menciptkan kita menjadi seorang entrepreneur. Peluang untuk sukses akan ada dengan bekerja keras, disiplin, sungguh-sungguh dan kompeten. Jadi menurut saya seorang entrepreneur itu dapat dibentuk atau diciptakan dengan berbagai proses.  

Sebagai bahan pertimbangan saya lampirkan biografi pengusaha sukses dari Indonesia

“Bob Sadino (1939-2015)”

Beliau bernama lengkap Bob Sadino. Lahir di Lampung, tanggal 9 Maret 1933, wafat pada tanggal 19 Januari 2015. Beliau akrab dipanggil dengan sebutan ‘om Bob’. Ia adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.

Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.

Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.

Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah.

Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.

Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.

Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing.

Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.

Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.

Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.

Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.

Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional. Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.

Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.

Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.

 

Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kewirausahaan Institut Stiami yang dibimbing oleh dosen : Endra Marsudi, B.Ag., MBA

Penulis

Annisa Clara (CB191110655)

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wirausaha Sukses Inspiratif

  Ketika ingin memulai bisnis sendiri banyak sekali keraguan yang muncul, seperti “klo gagal gimana?” “klo gabalik modal gimana?” dan banyak factor lainnya. Seperti yang sudah pernah saya bahas sebelumnya mengenai “ dapatkah saya menjadi entrepreneur? ” dan “ entrepreneur :born or created? ” disana saya membahas tentang karakter dan mindset yang bagaimana sih yang harus dimiliki seorang entrepreneur atau calon wirausaha. Bisa kalian cek disana 😊 Setiap wirausaha yang sukses pasti memiliki cerita dibelakangnya masing-masing. Pada artikel ini saya akan membahas progress yang menarik dari salah satu wirausaha kuliner sukses di Indonesia. Warunk Upnormal merupakan salah satu kunjungan kuliner yang sangat terkenal di kalangan milenial saat ini. Banyak yang menjadikan tempat ini sebagai rekomendasi tempat nongkrong yang harganya kantor pelajar berkisar 15-40rb-an dengan suasana yang nyaman dan instagramable. Warunk upnormal terkenal dengan produk makanannya yang unik. Menu andalan r

BMC - Nasi Goreng Kebab Pademangan

  Hallo teman-teman jumpa lagi dengan artikel saya, semoga selalu dalam keadaan sehat yaa.. Pada kesempatakan kali ini saya akan membahas bagaimana cara untuk membuat BMC (Business Model Canvas). Apasih BMC itu ?, BMC adalah sebuah strategi dalam manajemen dan berupa visual chart yang terdiri dari 9 elemen. Berikut contoh BMC-Nasi Goreng Kebab Pademangan. 1.     Customer segments (segmentasi konsumen) Elemen pertama yang harus anda miliki dalam memulai bisnis model kanvas ini adalah menentukan segmen pelanggan mana yang akan menjadi target bisnis.   Target Nasi Goreng Kebab Pademangan ialah semua kalangan, pria dan wanita mulai dari anak-anak hingga lansia, terutama pengguna aplikasi gofood/grabfood. 2.       Value proposition (proposisis nilai konsumen) Ini adalah sekat yang merupakan keunggulan produk, apa saja sesungguhnya poin-poin yang dapat mendatangkan manfaat yang ditawarkan perusahaan bagi customer segmentnya. Hal ini menjadi kesempatan bagi anda untuk men